
Cara Tepat Ekpresikan Bahasa Cinta pada Anak
Oct 16, 2024
Sekalipun setiap anak memiliki bahasa cinta masing-masing, bukan berarti orang tua harus berkelimpahan terhadap satu hal dan mengabaikan hal yang lain.
Apakah anak yang suka menerima hadiah berarti tak butuh pelukan dan ucapan "Papa sayang kamu?"
Tentu saja ia tetap butuh semua bahasa cinta hanya porsi tertentu lebih besar dari porsi yang lain.
Quality time bukan berarti orang tua tak memiliki jadwal bagi Ananda untuk melakukan aktivitas kemandiriannya. Begitupun orang tua tetap bisa melaksanakan tugas-tugasnya. Katakan pada Ananda bahwa ia harus sekolah dan nanti ketika di rumah dapat kembali berinteraksi dengan anggota keluarga lain untuk bercerita kegiatan di sekolah.
Acts of service bukan berarti orang tua harus membantunya memakai kaos kaki, menyuapinya, menyiapkan perlengkapan sekolah. Anak acts of service memang terkesan lebih manja dari anak lainnya namun itulah bahasa cinta yang diinginkannya.
"Mama bantu kamu menyeterika tapi kamu siapkan sendiri bekal makan siang dan perlengkapan lainnya, ya."
Di lain waktu, posisi itu berlaku sebaiknya, "Mama bantu kamu siapin bekal, tapi kamu yang nyeterika dan Iain-lain, oke? Besok-besok kamu harus belajar menyiapkan semua sendirian. Siapa tahu kamu dapat beasiswa ke luar negeri, Iho!"
Receiving gifts pun demikian.
Bukan berarti orang tua harus memberikan hadiah berlimpah apalagi yang belum pantas untuk anak seusianya. Misal, Ananda masih kelas dasar SD namun orang tua memberinya hadiah gawai yang mahal.
Tidak mendidik, bukan? Walau tipe bahasa cintanya adalah receiving gifts.
Berikan hadiah-hadiah kecil kepada Ananda seperti origami, kue buatkan sendiri dengan initial nama Ananda di atasnya, sampul buku tulis hasil kreasi Ayah Bunda, setangkai bunga mekar di halaman rumah yang dipetikkan bagi Ananda.
Remaja dan Anak
Apakah ketika sudah besar-remaja dan dewasa, orang cenderung mengabaikan kebutuhan love language?
Tidak juga. Bahkan boleh jadi berkembang lebih spesifik dan intens.
Semisal, seorang istri yang setiap hari akan bertanya pada suaminya, "Apakah kamu cinta aku?"
Dibanding hadiah-hadiah, istri lebih suka mendengar "aku cinta kamu" atau "kamu harta paling berharga dalam hidupku" atau "aku beruntung memiliki kamu."
Remaja pun demikian.
Saat dunia tak ramah padanya, tempat kembali paling mendamaikan bagi dirinya adalah rumah. Terkadang, kebutuhan ini justru akan berkembang. Misal, remaja yang kesepian, membutuhkan quality of time dan words of affirmation dari orang tuanya. la butuh ibunya hadir menemani duduk, ngobrol berjam-jam, untuk membahas dunia KPop atau anime.
Remaja yang butuh acts of service, physical touch, dan words of affirmation akan butuh orang tuanya untuk hadir memilihkan pakaian yang cocok untuknya hang out bersama teman-temannya.
"Apakah jilbab pink cocok dengan baju hitam dan rok jeans?"
"Apakah pakai kaos kaki hitam atau polkadot?"
Tidak cukup di situ, orang tua harus memeluknya dan mengatakan, "Kamu manis banget pakai baju itu!"
Kenapa? Karena orang di luar sana, kemungkinan berpacaran, berboncengan mesra, tidak berhijab dan Ananda sedang menghadapi masa turbulensi yang menghantamnya dengan berbagai pertanyaan.
"Apakah aku kurang cantik hingga gak ada yang mau jadi pacarku?"
"Gimana kalau aku gak usah pakai jilbab?"
"Apakah aku lebih menarik kalau pakai rok mini?"
Dan seterusnya.
Dalam masa turbulensi ini, seorang remaja kemungkinan sedang membutuhkan pola-pola love language untuk memenuhi hasrat pengakuan dan pengokohan jati dirinya.
Semoga Ayah Bunda makin dapat mengenali kebutuhan cinta Ananda.
Oleh Sinta Yudisia (penulis, pengamat budaya pop culture, praktisi parenting)
---
Sumber: Majalah Zakato Edisi Oktober 2024
Sumber image: Image by freepik
---
Tulisan ini tersimpan di Program - Lembaga Manajemen Infaq (LMI)