Sebuah Seni Memaknai Ilmu
Feb 09, 2024
Salah satu cara menikmati kehidupan ini adalah dengan ilmu. Seperti yang disampaikan Imam Syafi’i, "Man arada ad dunya fa’alaihi bil ‘ulmi (barangsiapa yang menginginkan kenikmatan di dunia maka hendaknya dengan ilmu)".
Sebagaimana pesan Allah kepada Nabi Adam yang terdokumentasikan di Quran bahwa salah satu buah dari ilmu adalah kebijaksanaan.
"Maha Suci Engkau. Tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al Baqarah: 32).
Kata al ‘Alim diikuti setelahnya dengan kata al Hakim menandakan jika ingin memiliki makna hakim dalam kehidupan ini, perbanyaklah mengetahui dan memahami segala sesuatu.
Definisi al Hakim yang cukup mewakili hal ini dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqiy. Beliau menuturkan, "Al Hakim adalah meletakkan segala sesuatu pada tempatnya karena ilmu-Nya, hikmah-Nya, dan keadilan-Nya".
Maka, manusia bijaksana akan berlaku adil saat memberikan keputusan dan cerdas saat mengambil kesimpulan hikmah dari setiap keadaan dan kejadian.
Semakin luas pengetahuan dan pemahaman seseorang, semestinya orang tersebut akan semakin berakhlak, bijaksana, dan lapang dada menerima keadaan apapun juga.
Imam as Sya’bi juga menjelaskan hal ini dengan menjelaskan tiga kategori pemilik ilmu. "Ilmu itu terdiri dari tiga jengkal. Siapa yang sampai pada jengkal pertama, ia akan bersikap takabur. Siapa yang sampai pada jengkal kedua, ia akan bersikap tawadhu’. Siapa yang sampai pada jengkal ketiga, ia akan semakin menyadari bahwa dirinya belum mengetahui apa-apa."
Sufyan Ats-Tsauri, guru dari Al Auza’I dan Ibnul Mubarak ini pernah mengaskan, "Idza raita ar rajulu ya’malu bi ‘amalin qad ikhtalafa fihi wa anta tara ghairahu falaa tanhahu (jika kau mendapati seseorang beramal dengan pendapat yang menjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama, dan kau memilih berbeda dengannya, jangan kau larang ia untuk beramal sesuai dengan pilihannya)."
Itulah sebuah keluwesan dalam kehidupan saat bertemu dengan keniscayaan keilmuan yang pasti ada perbedaan.
Pesan Allah dan Rasulullah serta nasihat para imam dan ulama memberikan sebuah keindahan dalam menyikapi perbedaan sebab luas dan dalamnya sebuah ilmu. "Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimatkalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)" (QS. Al Kahfi: 109)
Maka jika ingin menikmati luasnya lautan keilmuan, lakukanlah aktivitas menyelam. Jangan tenggelam.
Sebelum menyelam, pastinya kita sudah mempersiapkan segala perlengkapannya: mulai dari mask, snorkel, fins, boots dan lainnya. Memiliki cukup pengetahuan tentang menyelam serta tentunya sudah melakukan latihan. Sehingga dengan banyaknya ilmu yang diketahui saat berada di dalam lautan yang luas dan dalam seorang penyelam akan mampu menikmati keindahan bawah laut.
Begitupun saat mempelajari satu ilmu saja, semisal Quran, tentunya tidak bisa hanya satu sudut pandang keilmuan, tetapi juga harus melihat dari kacamata ilmu asbabun nuzul, bil ma’tsur, bi ar ra’yi, dan nasikh wal mansukh. Belum lagi metode tahlili, metode ijmali, maupun metode muqarin.
Dalam sisi bahasa pun, tidak cukup tekstualis, tapi juga harus menimbang ilmu ma’ani, bayan, badi’, dan tidak kalah penting isytiqa’ (akar kata). Sehingga dengan berbagai macam perspektif akan dipahami pesan penting dari dalil Quran tersebut. Maka bila terjadi perbedaan, akan mudah kita menyikapinya dengan alim dan arif.
Ilmu tanpa diiringi amal maka hanya berupa konsep saja. Pun juga amal jika dilakukan tanpa kebijaksanaan, ia merusak.
Begitulah padanan ilmu yang terikat dengan perbuatan dan perbuatan terbaik adalah saat akhlak kebaikan teraktualisasikan. Di antara luasnya sumber ilmu salah satunya, ialah kehadiran Rasulullah. Apapun yang Rasulullah ajarkan pastilah berujung kepada "liutammima makarimal akhlaq (untuk menyempurnakan akhlak)".
Maka nikmati kepemilikan ilmu dengan akhlak mulia.
Bitaufiqillah.
Oleh: Ustaz Heru Kusumahadi M.Pdl (Pembina Surabaya Hijrah (KAHF))
Sumber image: Image by Freepik
Sumber: Majalah Zakato, Februari 2024
---
Lembaga Manajemen Infaq (LMI) menjalankan proyek-proyek kebaikan sebagai jalan ke surga-Nya dan sebagai bekal & tabungan akhirat melalui platform infak.in dan wakafo.org
---
Tulisan ini tersimpan di Edukasi - Lembaga Manajemen Infaq (LMI)